Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Siapakah yang dimaksud Ulul Albab?

Artikel

Kalau kita berpacu pada terjemah Al Quran, disebut disana bahwa “Ulul Albab” adalah orang yang berakal. Jika ditarik dari segi asal kata, kata Ulu berarti ‘yang memiliki’, dan Albab adalah bentuk jamak dari Lubbun yg berarti ‘inti’. Jadi dari makna asal kata ini, bisa diartikan juga bahwa Ulul Albab adalah orang yang memiliki pemahaman sampai […]

Kalau kita berpacu pada terjemah Al Quran, disebut disana bahwa “Ulul Albab” adalah orang yang berakal. Jika ditarik dari segi asal kata, kata Ulu berarti ‘yang memiliki’, dan Albab adalah bentuk jamak dari Lubbun yg berarti ‘inti’. Jadi dari makna asal kata ini, bisa diartikan juga bahwa Ulul Albab adalah orang yang memiliki pemahaman sampai ke inti dalam hal memahami ayat-ayat Allah. Karena jika hanya berhenti mengartikan pada orang-orang yang berakal, kita temui banyak dari manusia yang berakal dan berfikir, di luar konteks bahwa itu benar atau salah.

Yang menjadikan Ulul Albab berbeda dari umumnya orang yg berakal adalah Ulul Albab menjadikan iman kepada Allah dan ayat-ayatNya sebagai patokan dan rujukan berfikir mereka. Menghasilkan produk pemikiran yang lurus dan semakin bisa dibuktikan kebenarannya karena jauh dari nafsu dan kepentingan pribadi/ kelompok mereka.

Tertuang dalam ayat Al Quran surat Ali Imran 190-191:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Struktur penempatan ayat Al Quran bukan tanpa alasan. Para ulama ada yg berpendapat bahwa ini berkaitan dengan urutan prioritas, kedudukan. Secara gamblang Allah menerangkan lebih dulu ciri dari Ulul Albab. Ulul Albab mengawali proses berfikir mereka dengan berdzikir mengingat Allah dalam segala kondisi (berdiri, duduk dan berbaring). Maksud bahwa tidak ada kondisi dimana Ulul Albab lepas dari berdzikir mengimani Allah. Baru dalam keimanan mereka, proses berfikir tentang segala ilmu itu dimulai. Niscaya ditemukanlah fakta-fakta baru yang dengannya iman pada Allah semakin kuat.

Mempertebal keyakinan. Mengetahui bahwa semua yg Allah ciptakan jauh dari kesia-siaan.

Yang sekarang marak, orang berfikir dengan menjadikan akal mereka rujukan pertama berdalil. Sesungguhnya, yg mereka lakukan itu mendekati kehancuran. Karena bersandar pada akal manusia yang penuh keterbatasan. Sangat inkonsisten dan rentan berubah sesuai kepentingan. Syarat nafsu dan motif di sebaliknya. Kita perlu mawas diri akan fenomena ini dan bersegera kembali pada Allah dalam mengambil asas berfikir yang selamat.

YaAllah, berikanlah kepada kami Ilmu dan rizkikan lah kepada kami pemahaman. Ilmumu tak terbatas. Maha suci Engkau, yang kami tidak diberi ilmu kecuali hanya sedikit.

Related Post:

Mentafakkuri dan Mentadabburi Al-Quran adalah Kriteria Ulul Albab

Pondok Modern Ayatuna bercita-cita mewujudkan masyarakat yang rabbani dengan membina kader-kader pemimpin dan mendidik generasi khairu ummah. .”Pimpinan PM Ayatuna

Tags :

Ilmu Tafsir, Kajian, Kajian Quran, Motivasi, Qur'an, Tafsir Quran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

PM Ayatuna

Pondok Modern Ayatuna bercita-cita mewujudkan masyarakat yang rabbani dengan membina kader-kader pemimpin dan mendidik generasi khairu ummah.

Follow Us